MISTERI KALI YAMBAU DAN SOEKARNO


Mata Air Kali Yambau di Susumuk Yang Misterius

Kali Yambau dalam bahasa Maybrat berarti “air pamali”.  Entahlah mengapa sampai dikatakan demikian.  Apakah karena suasana di daerah kali tersebut yang  begitu menyeramkan ataukah ada sebuah misteri di dalam kali tersebut.

Sejenak bila kita memperhatikan kali tersebut, memang tidak begitu bagus dan luas.  Hanya sebuah aliran air tenang yang mengalir, dingin dan menyejukkan.  Mata air dari kali ini muncul dari bawah tanah berbuih-buih dan mengalir kira-kira sepanjang 200 meter kemudian masuk lagi kedalam tanah.  Pada saat-saat tertentu, akan terjadi air ampuhan atau dalam bahasa setempat disebut “suai”.  Air akan penuh tergenang sampai menutup tempat-tempat yang semula bukan jalur air sehingga membentuk suatu telaga kecil seluas kira-kira 0,5 kilometer dengan kedalaman kira-kira 10 meter.  Air ini sampai di kaki bukit-bukit yang tinggi yang semula kering.  Setelah beberapa bulan kemudian air akan surut kembali seperti sedia kala yaitu mengalir tenang pada jalur kali bahkan sampai kering hingga yang terlihat hanya mata air dan aliran-aliran air kecil.

Kali Yambau ini pula memiliki sebuah cerita magic tentang perjalanan tokoh nasional Indonesia pertama yaitu Bapak Soekarno saat di tawan oleh Jepang di Papua.  Cerita ini diketahui dari buah tutur seorang nenek yang merupakan salah satu tetua adat yang dihormati dan  berasal dari daerah Kisor dan Susumuk yang mendiami daerah seputar kali Yambau.

Dituturkan dalam bahasa Maybrat oleh Nenek tersebut bahwa dulu semasih beliau masih gadis, Ia  bersama dengan teman gadisnya mereka sedang berada di rumah kebun di dekat daerah Kali Yambau.  Tiba-tiba tentara NIPPON dalam rombongan besar  melintas di dekat kebun mereka.  Diantara rombongan tersebut nampak bagi mereka seorang yang tidak berpakain seperti tentara NIPPON, berjalan dan sudah sangat kelelahan karena perjalanan yang jauh.  Begitu mengetahui ada sebuah kali didekat situ yaitu Kali Yambau, rombongan tersebut kemudain berhenti dan membuka kamp untuk beristirahat beberapa hari.  Mereka berkemah di daerah mata air.   Salah seorang tentara tersebut kemudian memanggil mereka dan meminta untuk menolong orang tersebut yang sedang kelelahan.  Dari tentara Nippon mereka tahu bahwa Bapak tersebut bernama Soekarno.  Mereka kemudian membawa daun gatal dan mengusapkannya pada kaki dari Bapak Soekarno.

Daun ini disebut daun gatal atau” Afa “ dalam bahasa Maybrat karena apabila diusapkan ke kaki atau badan, maka akan menimbulkan bengkak-bengkak kecil dan terasa gatal.  Bengkak-bengkak tersebut dalam beberapa jam kemudian akan hilang.  Daun ini biasa dipergunakan oleh Suku Maybrat karena sangat manjur dan ampuh untuk menghilangkan kepenatan kaki karena perjalanan jauh dan badan yang lelah setelah bekerja berat.

Setelah merasa baikan dan segar, kemudian Bapak Soekarno masuk ke dalam sebuah rongga kayu raksasa tua yang mirip sebuah goa  dengan lebar dan tinggi rongga kayu tersebut dapat memuat  tubuh manusia.  Keadaan dalam rongga kayu kering dan terasa sangat nyaman untuk tidur atau duduk.   Kayu raksasa tua ini tumbuh dipinggir mata air kali Yambau.

Dituturkan bahwa Beliau hendak membaringkan diri untuk tidur. Ia tidak mau untuk beristirahat di dalam tenda yang disediakan NIPPON.  Ke dua gadis tersebut masih berada disitu sambil menunggu dan mengawasi Bapak Soekarno.  Tidak lama sejenak Beliau kemudian bangun.  Ia sangat kaget dan terkejut.  Ke dua gadis tersebut dipanggilnya dan mereka melihat bahwa dipangkuan Beliau  ada sebuah kayu yang berlengkung-lengkung berwarna hitam kecoklatan yang sebelumnya tidak ada.  Bapak Soekarno menuturkan bahwa Ia baru saja tertidur dan dalam mimpi ada seorang yang memberikannya kayu berlengkung tersebut.

Apakah mungkin itu adalah sebuah keris bertuah menurut kepercayaan orang Jawa ?

Entahlah ….. yang diketahui dan kemudian terjadi tidak lama sesudah itu yaitu saat peralihan Papua Barat ke Indonesia Tahun 1963 dan ke dua gadis tersebut telah menjadi Ibu-ibu muda dan bersuamikan tokoh adat di Kampung masing-masing, nama Soekarno disebut-sebut kemudian di dalam Sekolah Dasar di Papua Barat  sebagai Presiden Republik Indonesia pertama dan ibu kota Negara kita adalah Jakarta.  Salah satu Anak gadis dari Ibu muda itu kemudian menceritakan kepada teman-temannya yang tidak bersekolah karena saat itu yang bisa bersekolah adalah anak-anak tokoh adat bahwa Presiden kita adalah Soekarno dan kita punya ibu kota adalah Jakarta.

Ketika Ibu muda ini mendengar, Ia tiba-tiba berkata dengan terkejut dalam bahasa daerah : “ Oooh… Soekarno yang dulu dibawa NIPPON melintas kebun kami dan saat istirahat di pinggir mata air kali Yambau, penunggu  kali memberikannya sebuah kayu berlengkung-lengkung itu kah …. ?”

Anak ini kaget dan sangat heran sekali, bagaimana ibunya bisa menyebut nama Soekarno dan NIPPON dengan jelas  sementara Ibunya tidak tahu Bahasa Indonesia.  Dimana Ia mendengarnya,  sedangkan  Kisor dan Susumuk adalah daerah pedalaman di daerah kepala burung Papua dan jauh dari peradaban modern saat itu ….. ?

7 komentar di “MISTERI KALI YAMBAU DAN SOEKARNO

  1. Kunjungan pertama nihkayaknya :d
    Dari papua ya?? waah.. salam kenal, saya dari sumatera.
    Ujung ke ujung nih 🙂

    Nama sepupu saya ada yang namanya Hartis. 😀

  2. Yoiii…. Salam kenal juga …

    BTW ….. sesuatu kata dalam bahasa daerah memang terkadang memiliki persamaan kata juga dengan bahasa Indonesia ya….. “Harit ” untuk bahasa daerah kami berarti Rumah Kebun. Seperti dangau untuk orang jawa…. begitu

  3. Tlng informasi dari sorong selatan k maybrat brp lama. pakai apa..??? ongkosnya berapa…??? penginapan dimana…??? mohon infonya…THX

  4. Kalo mo ke Maybrat dari Sorsel pakai aja mobil angkutan umum yg biasa parkir di Terminal Kajase. Tanya saja ke daerah mana nanti tinggal ditunjukkan. ongkosnya tinggal tanya saja ke sopir. semakin jauh semakin mahal sampai Rp. 200.000. Kalo penginapa adanya di Ayamaru dan Ayawasi

Tinggalkan komentar